Selasa, 15 Desember 2015

RIJKI SUDAH DI TETAPKAN, LALU MENGAPA KITA BERDOA DAN BEKERJA

Sahabat cendekia, dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad saw, rejeki, ajal, dan nasib kita sudah ditetapkan Allah sejak zaman ajali, yaitu masa saat kita masih dalam kandungan bunda. Hadits tersebut di riwayatkan oleh bukhoari, sebagai berikut :

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَنْبَأَنِي سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ قَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعٍ بِرِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَاللَّهِ إِنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ الرَّجُلَ يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ بَاعٍ أَوْ ذِرَاعٍ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ ذِرَاعٍ أَوْ ذِرَاعَيْنِ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا قَالَ آدَمُ إِلَّا ذِرَاعٌ
 62.1/6105. Telah menceritakan kepada kami Abul Walid, Hisyam bin Abdul Malik telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah memberitakan kepadaku Sulaiman Al A'masy mengatakan, saya mendengar Zaid bin Wahab dari Abdullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seorang yang jujur lagi di benarkan, bersabda: Sungguh salah seorang diantara kalian dihimpun dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah juga seperti itu, kemudian menjadi segumpal daging juga seperti itu, kemudian Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat hal, rejekinya, ajalnya, sengsara ataukah bahagia, demi Allah, sungguh salah seorang diantara kalian, atau sungguh ada seseorang yang telah mengamalkan amalan-amalan penghuni neraka, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka selain sehasta atau sejengkal, tetapi takdir mendahuluinya sehingga ia mengamalkan amalan penghuni surga sehingga ia memasukinya. Dan sungguh ada seseorang yang mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka selain sehasta atau dua hasta, lantas takdir mendahuluinya sehingga ia melakukan amalan-amalan penghuni neraka sehingga ia memasukinya. Sedang Adam mengatakan dengan redaksi 'kecuali tinggal sehasta'.

Dalam hadits tersebut, rejeki sudah ditetapkan Allah sejak kita masih dalam kandungan ibunda. Sehingga ada dua pertanyaan pentingnya
1.       Untuk apa kita BERDO’A memohon rejeki? Sedangkan rejeki sudah ditetapkan Allah tanpa kita harus berdo’a atau memohon kepadaNya.
2.       Mengapa juga kita harus bekerja? Bukankah rejeki sudah ditetapkan.
Sebelum kita membahas masalah tersebut, mari kita memohon dan berlindung kepada Allah supaya diberikan petunjuk jalan yang lurus.
Dengan lafadz bismillahirrohmanirrohiim, sahabat, mari kita mulai.

A.      Pertanyaan pertama, Untuk apa kita BERDO’A memohon rejeki? Sedangkan rejeki sudah ditetapkan Allah tanpa kita harus berdo’a atau memohon kepadaNya.
Pertanyaan ini cukup penting dan menarik untuk dibahas, mari kita bahas dengan hati-hati dan selalu memohon ampunan dan petunjuk kepada Allah SWT.
1.       Jawaban pertama, hukum berdoa itu sendiri. berdoa itu sendiri merupakan ibadah karena merupakan perintah Allah kepada kita manusia, perhatikan ayat berikut :
Artinya è Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Al Mu’min : 60)
2.       Lalu bagaimana jika berdoanya adalah memohon rejeki?
berdoa memohon rejeki pernah dicontohkan beberapa Nabi. Hal ini dapat kita lihat dalam ayat berikut ini :
Artinya è Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama." (QS. Al Maa’idah : 114).
Artinya è Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, ke- mudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan[1118] yang Engkau turunkan kepadaku." (QS. Al Qashash : 24)
[1118]. Yang dimaksud dengan Khair (kebaikan) dalam ayat ini menurut sebagian besar ahli Tafsir ialah barang sedikit makanan.
3.       Lalu apakah doa mempengaruhi besarnya rejeki yang kita terima?
Allah menjawab pertanyaan ini di dalam Al Quran surat Asy Syuura ayat 27, sebagai berikut :
Artinya è Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (QS Asy syuura : 27)

Kesimpulan :
1.       Berdoa adalah ibadah, maka berdoalah kepada Allah apa saja yang kita inginkan.
2.       Berdoa memohon rejeki sudah dicontohkan beberapa Nabi, sehingga boleh saja kita berdoa memohon rejeki.
3.       Doa kita untuk kaya mungkin tidak langsung dikabulkan Allah, karena Allah melapangkan rejeki sesuai kadarnya susuai kemampuan kita supaya tidak melampui batas. Bertawakkalah atas rejeki yang diberikan kepada kita, karena Allah yang lebih tahu yang kita butuhkan. Di sisi Allah sempit rejeki itu lebih baik dari pada kaya tapi kita menggunakan kekayaan itu untuk bermaksiat kepada Allah.

B.      Pertanyaan kedua, Mengapa kita harus bekerja? Bukankah rejeki sudah ditetapkan.
1.       Pertanyaan ini sama dengan apakah kerja keras kita dapat membuat kita kaya? Dalam Al  Quran surat Al Hadid ayat 22 dan 23, sebagai berikut :
22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira[1459] terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
[1459]. Yang dimaksud dengan terlalu gembira: ialah gembira yang melampaui batas yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan dan lupa kepada Allah.


Di dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa terjadinya musibah didahului dengan ketetapan Allah, termasuk kebangkrutan usaha kita, piutang macet, uang yang hilang, dirampok dan lain sebagainya, juga merupakan musibah yang sudah ditetapkan Allah SWT. Sehingga apapun upaya kita jika Allah sudah mengijinkan bangkrut, maka bangkrutlah kita.
Jawaban pertama, upaya kita hanya akan berhasil jika Allah yang mengijinkan, namun jika Allah mengijinkan kita bangkrut maka bangkrutlah kita. Oleh sebab itu, jangan terlalu senang jika berhasil sehingga menjadikan kita sombong karena keberhasilan kita adalah atas kehendak Allah.
2.       Jawaban kedua adalah, dapat dilihat dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 275, berikut :
Artinya è Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah MENGHALALKAN jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Dalam ayat di atas, Allah memberitahukan adanya pekerjaan yang haram (riba) ada juga pekerjaan yang halal (jual beli). Pilihlah bekerjaan yang halal. Dan hasilnya serahkan pada kehendak Allah. Ada satu tambahan lagi yang terkait dengan hal ini,

37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. 38. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS An Nuur : 37-38)
Dalam bekerja, kita tidak boleh lalai atas kewajiban-kewajiban kita kepada Allah, maka Allah akan memberikan yang lebih baik dari pada yang kita kerjakan.

3.       Jawaban ketiga adalah jawaban paling penting. Perhatikan ayat berikut ini :
Artinya è (Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al Anfaal : 53)
[621]. Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.
Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa nikmat yang diberikan Allah tidak akan dirubah, namun manusia sendirilah yang merubahnya.
Contoh sederhana, Kita diijinkan Allah menerima gaji bulan ini, gaji tersebut seharusnya cukup untuk nafkah anak dan istri, namun, kita tertarik untuk membeli handphone baru yang sedang promo padahal kita sudah punya, atau membeli minuman keras, dan bersenang-senang dengan teman, sehingga nafkah untuk keluarga menjadi kurang. Tentu saja Allah tidak memberikan rejeki kepada kita untuk membeli minuman keras, karena Allah sayang kepada kita, maka Allah menginginkan kita masuk syurga.

Kesimpulan :
1.       Bekerja tidak menjadikan kita kaya atau miskin, Allah lah yang menjadikan kita kaya atau miskin. Jadi, bekerjalah karena Allah. Serahkan urusan rejeki kepada Allah.
2.       Bekerjalah, pilihlah pekerjaan yang dihalalkan Allah, namun jangan karena bekerja kita lalai dengan kewajiban kepada Allah.
3.       Allah yang Maha Peyayang memberikan nikmat kepada kita, dan Allah tidak merubahnya, sampai kita sendiri yang merubah nikmat menjadi kesusahan.

Semoga artikel ini memberikan manfaat kepada kita semua, hanya Allah yang Maha Tahu dan Maha Benar. Besar harapan kami mendapat masukan dari sahabat cendekia.


Dwi

EMPAT BULAN MULIA berdasarkan AL QURAN

Tahukah sahabat, diantara 12 bulan dalam setahun ada empat bulan yang dimuliakan Allah SWT. ketetapan Allah SWT ini dapat kita peroleh keterangnnya di dalam Al Quran. Perhatikan ayat berikut ini :

Artinya : Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS. At Taubah : 36)

Berdasarkan ayat di atas, kita diberikan petunjuk oleh Allah SWT bahwa diantara 12 bulan ada empat bulan yang dimuliakan (haram). Empat bulan yang dimaksud oleh ayat tersebut dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw melalui sebuah Hadits yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari berikut ini :

181/4294. Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdul Wahhab Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad dari Ibnu Abu Bakrah dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, diantaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil tsani dan Sya'ban.' (HR. Bukhari)

Dari keterangan Hadits tersebut, dapat kita ketahui bahwa keempat bulan yang dimuliakan Allah SWT yang dimaksudkan dalam ayat di atas adalah sebagai berikut :
  1. 1.      Dzuk Qa’dah
  2. 2.      Dzul Hijjah
  3. 3.      Muharram
  4. 4.      Rajab

Dari keempat bulan tersebut kita diminta untuk lebih bersungguh-sungguh untuk tidak menganiaya diri sendiri, dan juga bersungguh-sungguh untuk meningkatkan amal sholeh kita. Tentu saja nilainya akan lebih disisi Allah SWT jika dilakukan di dalam empat bulan haram tersebut.

Mungkin sahabat sudah mengerti dengan bagaimana caranya meningkatkan amal sholeh, tapi mungkin ada yang masih bingung, tentang apa yang dimaksud dengan “menganiaya diri sendiri”?
Menganiaya diri sendiri yang dimaksud Allah SWT adalah BERBUAT DOSA. Segala dosa yang kita peroleh dari kesalahan-kesalahan kita sendiri sedikit pun tidak merugikan Allah SWT tapi merugikan diri kita sendiri.

Sebagai contoh, Allah SWT mewajibkan kita untuk sholat lima waktu. Jika kita meninggalkan baik sebagian atau keseluruhan dari lima waktu tersebut maka DOSA-lah kita. Akibat dari kelalaian kita ini tidak merugikan Allah SWT sedikit pun, dampaknya tidak lain adalah pada diri kita sendiri.

Singkatnya di dalam empat bulan tersebut, marilah kita lebih berhati-hati dan menjaga diri dari perbuatan dosa. Dosa itu sendiri sumbernya hanya ada dua, yaitu :
  1. 1.      Melakukan yang DILARANG Allah SWT
  2. 2.      Tidak melakukan yang DIWAJIBKAN Allah SWT

Itulah dua sumber yang menyebabkan seseorang berdosa. Ya, hanya ada dua itu sahabat. Sederhana kan!
Mensekutukan Allah SWT, membunuh tanpa alasan yang benar, meminum minuman keras, berjudi, berzina adalah sebagian dari LARANGAN Allah SWT. Maka, jika sahabat ada yang melakukan yang dilarang Allah SWT tersebut maka konsekuensinya adalah DOSA.

Sumber kedua yang menyebabkan manusia berdosa adalah TIDAK MELAKUKAN (mengabaikan) yang diwajibkan Allah SWT. Sholat lima waktu adalah ibadah yang diwajibkan, maka jika ditinggalkan konsekuensinya adalah DOSA. Begitu juga dengan puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, itu semua adalah kewajiban yang jika ditinggalkan maka berdosalah manusia tersebut.

Apa sih pentingnya manusia menjaga diri dari DOSA?
Banyak manusia yang lalai dan belum mengetahui pentingnya menjaga diri dari dosa. Arti pentingnya adalah :
DOSA ADALAH SATU-SATUNYA SEBAB ALLAH SWT MENURUNKAN AZAB KEPADA SESEORANG.

Allah SWT yang berkuasa menimpakan azab kepada siapapun yang dikehendakiNya, dan tidak ada yang berkuasa selain Allah, ya, hanya Allah SWT. Dan hanya Allah SWT pula yang dapat menolong seseorang dari bencana dan musibah, ya, sekali lagi hanya Allah, Allah SWT. hal ini dijelaskan Allah SWT dalam ayat berikut ini :

Artinya : Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam : 17-18)

Pertanyaan berikutnya, apakah Allah SWT menganiaya diri kita tanpa sebab?
Allah Maha Penyayang, sehingga mustahil bagi Allah SWT menganiaya hamba-hambaNya. Perbuatan kita sendiri lah penyebabnya.

Bencana serta musibah yang kita alami sehingga hidup terasa sulit, hati sering gelisah, hidup terasa berat dan tersiksa adalah karena Allah SWT mengijinkan azab turun menimpa kita. Tidak ada yang lain selain Allah SWT. Dan satu-satunya alasan Allah SWT mengijinkan azab itu turun adalah karena kita memiliki DOSA. Hal ini juga sudah dijelaskan Allah SWT di dalam Al Quran, perhatikan ayat berikut ini :

Artinya : Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS. An Nisaa’ : 79)

Dari ayat di atas, Allah SWT memberitahukan kepada kita, bahwa Allah SWT hanya memberikan kenikmatan, sedangkan bencana yang menimpa kita adalah karena dosa kita sendiri. Dengan demikian, jika seseorang tidak memiliki dosa, maka tidak ada alasan lagi bagi Allah SWT untuk menurunkan azab. Maka, bahagialah kehidupan dunia dan akhirat orang tersebut. Inilah arti pentingnya menghindari DOSA.

Marilah sahabat kita bersama-sama menjaga diri dari dosa. Lakukan dengan lebih bersungguh-sungguh terutama dalam empat bulan yang dimuliakan Allah SWT tersebut. Mohon ampunlah kepada Allah sebanyak mungkin dan mintalah Rahmat dan Karunia dariNya, lalu sambutlah hidup bahagia di dunia dan akhirat.


Wallahu a’lam bish-showab.

Selasa, 22 September 2015

Penemuan peninggalan kaum 'ad atau (kaum 'aad)

Telah selesai pengungkapan terhadap penemuan kota Iram Dzatul ‘Imad (pemilik tiang-tiang) sekitar tahun 1998 Masehi di daerah Syasher di padang pasir Zhafar. Dan jarak penemuan itu sekitar 150 Km sebelah utara kota Shoalalah dan 80 Km dari kota Tsamrit. Telah disebutkan kota Iram dan penduduknya, kaum ‘Aad di banyak tempat dalam al-Qur’an, sebagaimana firman Allah,
(yaitu) Penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain.” (QS. Al-Fajr: 7-8)
Dan itu adalah negerinya ‘Aad kaum Nabi Hud ’alaihissalam yang telah Allah binasakan dengan angin yang sangat dingin dan kencang, dan saya yakin anda semua mengetahui kisahnya yang disebutkan dalam al-Qur’an. Dan datang penyebutan kaum ‘Aad dan negerinya, Iram di dua surat dalam al-Qur’an, salah satunya dengan nama Nabi mereka yaitu Hud ’alaihissalam, dan yang kedua dengan nama tempat tinggal mereka yaitu al-Ahqaaf, dan di dalam puluhan ayat al-Qur’an yang terdapat dalam 18 surat dalam al-Qur’an. Dan penyebutan kaum ‘Aad dalam al-Qur’an terhitung sebagai pemberitaan paling banyak dibandingkan dengan pemberitaan tentang ummat-ummat yang lain yang dibinasakan, sebagai bentuk keajaiban dalam al-Qur’an. Hal itu karena kaum ini (‘Aad) telah dibinasakan secara total dengan angin berpasir yang tidak sewajarnya. Pasir-pasir itu mengubur dan menutup peninggalan-peninggalan mereka, hingga tersembunyi (tertutup) semua peninggalan mereka dari muka Bumi.

Berikut penemuan dan pengungkapan kaum 'aad, salah satu kaum yang diceritakan di dalam Al Quran.


Satu lagi video yang mungkin menarik untuk anda simak :


Seperti apakah mumi Firaun.

Di dalam Al Quran Allah menjelaskan :






Artinya ==>  Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[704] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS. Yunus : 92)

Keterangan angka :
[704]. Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir, selanjutnya

di dalam ayat di atas, Allah memberikan petunjuk, bahwa jasad Fir'aun diselamatkan sebagai pelajaran kepada kita.

Jika jasad Fir'aun selamat, bisakah kita melihatnya?
Tentu saja bisa. Mumi Fir'aun disimpan di musium nasional mesir. silakan berkunjung dan lihat langsung salah satu bukti kebenaran Al Quran ini.

Namun, jika anda tidak bisa berkunjung ke mesir, berikut saya lampirkan beberapa foto yang diduga kuat merupakan mumi fir'aun.





Semoga bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kita. Segala Puji bagi Allah, Maha Benar Allah dengan Segala FirmanNya.


Senin, 21 September 2015

seperti apakah bentuk Tongkat Nabi Musa As

Sebagai umat muslim tentu kita mengetahui bahwa Allah SWT pernah mengutus seorang Rosul yang bernama MUSA. Beliau diutus kepada Bani Israel dan menyelamatkan Bani Israel dari Firaun dan bala tentaranya.

Yang menarik dari cerita dari salah satu ulul azmi ini adalah, Nabi Musa as diberikan mu'jizat dapat membelah lautan dengan ijin Allah melalui tongkatnya. tidak hanya itu, bahkan tongkat tersebut juga dapat berubah menjadi ular besar yang memakan ular para tukang sihir di hadapan Fir'aun.

Apakah tongkat itu masih ada sampai sekarang?
Ya, sahabat. masih ada sampai sekarang.

Tongkat itu disimpan dengan baik di istanbul, turki.

Namun karena tidak diperkenankan mengambil gambar, maka kita hanya dapat melihatnya dari beberapa foto yang diambil secara diam-diam.

Berikut adalah foto tongkat Nabi Musa as tersebut :



Melihat sekilas tongkatnya, terlihat seperti tongkat kayu pada umumnya. memang benar, tongkatnya biasa saja, tapi Allah yang Maha Kuasa-lah yang memberikan mu'jizat kepada Nabi Musa as. Allahu Akbar.

Semoga menambah keimanan kita ya sobat. aamiin...

Mengapa hidup ini sulit?

Adalah wajar jika hidup memiliki masalah, namun, jika masalah yang kita hadapi bertubi-tubi seperti tidak ada ujungnya, tentu ini tidak wajar, pasti ada yang salah.

Pertanyaan :
1. Apakah masalah yang bertubi-tubi itu atas seijin Allah?
2. Jika iya, apakah Allah mendzalimi kita?
3. Lalu bagaimana solusinya?

Maha Suci Allah, yang tidak sedikitpun mendzalimi hamba-hambaNya. perhatikan ayat berikut :






Artinya ==> Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS. An Nisaa' : 79)

Dari ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa Allah hanya memberikan kenikmatan, sedangkan bencana yang menimpa kita adalah dari dosa kita sendiri. hal ini juga dijelaskan dalam ayat yang lain, sebagai berikut :






Artinya ==> (Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Anfaal : 53)

Dari kedua ayat tersebut, kita diberikan petunjuk oleh Allah, bahwa Allah sama sekali tidak mendzalimi kita. Allah memberikan kenikmatan untuk kita, hingga kita sendirilah yang merubah nikmat Allah menjadi bencana.

Contoh :
Allah memberikan kenikmatan berupa uang. namun, anda gunakan untuk membeli minuman keras. disini anda merubah kenikmatan menjadi masalah. 
uang tadi seharusnya untuk beli makanan dan minuman untuk diri anda sendiri, sehingga pada saat anda salah dalam membelanjakannya maka anda tidak memiliki cukup uang untuk membeli makanan.
Allah mencukupkan rijki kita. namun kita sendirilah yang membuatnya menjadi sempit.

masalah atau azab adalah konsekuensi dari DOSA.

Sehingga jika anda ingin mengakhiri awan azab yang menyelimuti anda maka syaratnya adalah TERBEBAS dari DOSA.
bagaimana caranya terbebas dari dosa?
BERTAUBAT.

1. Apakah taubat kita diterima? Bukankah Allah Maha Pengampun.
2. Bukankah setiap manusia tidak bisa lepas dari dosa dan kesalahan? itulah mengapa kita harus bertaubat setiap hari.
3. Apakah setelah dosa diampuni masalah kita akan selesai? satu-satunya alasan Allah mengijinkan azab menimpa kita adalah karena kita memiliki dosa. jadi, jika Allah sudah mengampuni dosa kita maka tidak ada lagi alasan bagi Allah untuk mengazab kita, baik di dunia maupun di akhirat.
4. Lalu bagaimana cara Allah menolong kita keluar dari masalah yang rumit ini? 
Jawab : Bukankah Allah yang menciptakan langit dan bumi, apakah menolong masalah anda itu lebih sulit dari menciptakan langit dan bumi? be smart.

Perhatikan ayat berikut ini :




Artinya ==> Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Ali 'imraan : 160)

Kesimpulan :
untuk mengakhiri awan azab dan gelombang masalah yang anda hadapi, lakukan hal berikut :
1. Bertaubatlah, untuk dosa-dosa anda di masa lalu.
2. Senantiasa bertaubat, untuk menjaga munculnya dosa baru.
3. Minta tolong hanya kepada Allah, dan biarkan Allah yang menolong anda, karena anda tidak akan mampu menyelsainkannuya sendiri.


Semoga bermanfaat, 
Wallahu a'lam bishshowab.


Dwi

Mengapa Allah tidak menjadikan seluruh manusia beriman saja ya?





Adalah fakta, bahwa tidak semua manusia beriman kepada Allah SWT.

Menariknya adalah :
1. Bukankah semua manusia diciptakan oleh Allah?
2. Bukankah Allah berkuasa atas seluruh jiwa manusia?
3. Lalu, mengapa Allah tidak menjadikan semua manusia beriman saja?

Allah tentu saja berkuasa untuk menjadikan seluruh manusia beriman dan beragama islam seluruhnya. perhatikan ayat berikut ini :









Artinya ==> Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ? (QS. Yunus : 99)


Dari ayat di atas, jelas Allah menyatakan berkuasa untuk menjadikan seluruh umat manusia beriman.

Lalu, mengapa Allah tidak menjadikan seluruh manusia beriman?

Berikut penjelasan Allah :





Artinya ==> Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari padaKu: "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama." (QS. As Sajdah : 13)


Berdasarkan ayat di atas, bahwa Allah telah menetapkan akan memenuhi neraka dengan jin dan manusia. itulah sebabnya tidak semua manuisa diberikan petunjuk oleh Allah, sehingga tidak semua manusia beriman.

Lalu siapakah yang manusia yang tidak diberikan petunjuk oleh Allah? berikut penjelasan Allah :






Artinya ==> Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (QS. Yunus : 100)

Dari ayat tersebut, Allah memberitahukan bahwa kita tidak akan beriman tanpa seizin Allah, maka bersyukurlah karena iman adalah sebaik-baik nikmat yang diberikan Allah kepada kita, 
Di dalam ayat di atas, Allah juga menjelaskan bahwa, orang-orang yang tidak diberikan keimanan, adalah mereka yang tidak menggunakan akal mereka terhadap tanda-tanda dan petunjuk Allah.

Maha Benar Allah dengan Segala FirmanNya.

Oleh sebab itu sahabat, marilah kita syukuri iman yang diberikan Allah kepada kita ini, dengan memelihara dan menjaga Perintah-perintahNya dan menjauhi Larangan-laranganNya semampu kita.